[CERPEN] Ruang Kosong

Dan sekarang semua sudah terlambat...

 

Hei...

Aku tahu ini semua akan terlambat. Terlambat karena aku, kamu... Masing-masing sudah ada yang punya.

Aku bodoh. Harusnya dulu aku berani mengutarakan perasaan ini. Saat aku, kamu masih sama-sama sendiri. Harusnya dulu aku berani berterus terang. Harusnya dulu aku berani mengambil resiko untuk malu. Harusnya aku... Harusnya... Harusnya...

Tapi ya sudah. Mungkin memang kita tidak berjodoh. Bukan kamu yang menandatangani kontrak bersamaku di hadapan-Nya dulu sebelum roh kita ditiupkan ke bumi. Mungkin aku bukan patahan tulang rusukmu.

Kau tahu, hatiku bukan ruang lapang yang hanya berisi satu ruang luas. Hatiku terbagi menjadi beberapa sekat. Salah satunya ruangan untukmu. Ruangannya masih kosong. Tapi berdebu dan sudah usang.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Salahmu kenapa ruang itu tak pernah kau tengok barang sedikit. Oh, atau mungkin kau malah tak tahu jika ada ruang itu.

Entahlah. Aku bingung. Kadang aku bersyukur kau tak sempat melirik ruang kosong ini. Tapi, kadang aku menyesal kenapa aku begitu bodoh melewatkan banyak kesempatan.

Berbahagialah. Aku dengan milikku. Dan kau dengan milikmu. Tuhan sudah memberikan yang teristimewa. Kita hanya tinggal menjalaninya.

Perlahan ruang kosong itu aku kutinggalkan. Aku tidak akan mengisinya dengan yang lain. Biar saja dia tetap kosong supaya suatu hari nanti, jika mungkin kau berubah pikiran, kau bisa menengoknya sebentar. Bukan, bukan untuk mengisinya. Melainkan untuk tahu, betapa aku pernah menginginkan dan pernah tergila-gila padamu. Dulu.

-catatan singkat di musim pancaroba yang tak kunjung usai-

 

Niken Ari Photo Verified Writer Niken Ari

Full time writer & part-time student.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya