[Cerpen] Hanya Aku yang Tak Mengetahuinya

Ketika ia berlalu pergi.

Fadhil Mahendra, seorang lelaki yang terlahir sempurna di mataku. Dengan alis agak tebal dipadu hidung mancung dan bibir tipis yang mempesona, gadis mana yang tak bertekuk lutut padanya. Di tambah lagi sifatnya yang selalu ramah dengan semua orang, humoris dan cerdas dalam berbagai hal. Dan dia adalah sahabat kecilku. Makhluk yang selalu sabar menghadapi segala tingkahku, menjagaku dan selalu mewarnai hari-hariku. Meskipun terkadang menyebalkan dan sering membuat amarahku meluap, dia selalu mampu membuat ku merindukannya.

Tahun demi tahun berlalu dan kini kami mulai beranjak dewasa. Selayaknya remaja berusia 17 tahun di mana rasa cinta mulai menggebu-gebu di dalam hati, tanpa sadar aku pun merasakannya. Cinta datang menghampiri hati kecil ini dan membuatku menemukan suatu jawaban. Aku mencintai sahabat kecilku, Fadhil. Namun, aku tak mempunyai sedikit pun keberanian untuk mengungkapkannya. Aku hanya bisa memendam dan menyimpannya di dalam kalbu sebab aku tak ingin persahabatan ini rusak. Ya, aku tak ingin berpisah dengannya. Tetapi, tak semua harapan berjalan sesuai rencana hingga Fadhil memutuskan persahabatan kami di hari ulang tahunku.

“Rahel, maafkan aku. Aku tak bisa menjagamu lagi.” Aku terdiam sesaat, mencoba mencerna perkataan Fadhil yang seakan mustahil terjadi.

“Apa maksud perkataanmu, Dhil? Aku tak mengerti.”

“Aku tahu kamu mencintaiku, tapi maaf aku tak dapat membalas perasaanmu. Dan... cukup sampai disini jalinan persahabatan kita. Maaf, Hel.”

Fadhil berlalu pergi, meninggalkanku yang terdiam mematung di bangku taman. Sakit, benar-benar sakit. Seperti ada sebuah anak panah yang menikam ulu hatiku, mencabik-cabik dan menghancurkannya berkeping-keping. Tak ada sepatah kata yang mampu ku ucapkan, hanya butiran embun yang mampu mewakili isi hati.

***

Dua minggu berlalu setelah kejadian itu, Fadhil belum menampakkan dirinya di kelas. Jujur, aku sangat mengkhawatirkannya terlebih lagi aku tak bisa menghubunginya. Dan Farel pun datang memecahkan lamunanku.

“Rahel, ke kantin yuk. Lapar nih.”

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

“Hah? Yuk.”

Farel Bramantya, dia adalah sahabat Fadhil. Tepat di saat Fadhil pergi dari hidupku, Farel datang untuk mewarnai kembali hidupku. Namun betapa bodohnya aku, aku melakukan kesalahan besar. Aku menerima perasaan Farel padaku sebagai pengganti Fadhil. Ya, inilah yang bisa aku lakukan padanya sekarang. Memaksakan sebuah senyuman terukir di bibir ku. Mengeluarkan wajah ceria dimana hati ini menjerit kesakitan. Aku tahu, aku terlalu kejam. Dan sejujurnya, aku sudah tak sanggup untuk menahannya lagi. Mungkin, ini saat yang tepat untuk membuka semua rahasia ini.

“Farel… aku…”

“Sebenarnya, aku sudah tahu semuanya. Aku tahu rahasia yang selama ini kamu sembunyikan dariku.” Aku terdiam dan menunduk, aku tak kuasa melihat wajahnya. Wajah tak berdosa yang telah ku sakiti.

“Kamu tak pernah mencintaiku. Kamu hanya menerima perasaanku sebagai pengganti Fadhil. Dan kamu tak tahu apa yang harus kamu perbuat padaku, sehingga kamu memaksakan wajah itu padaku.” Mulutku membisu, aku tak mampu mengatakan apapun. Aku hanya mencoba menahan titik-titik embun ini agar tak jatuh.

“Tapi, aku juga harus membuka rahasia ini,” dia menyodorkan sepucuk surat padaku.

“Hai, Rahel. Disaat kamu membaca surat ini, aku sudah pergi dengan tenang. Aku mengidap leukimia sedari kecil dan aku sengaja tak menceritakannya padamu, sebab aku tak ingin kamu mengkhawatirkan ku. Rahel, maafkan aku. Maafkan segala kesalahan ku. Sebenarnya, aku mencintai mu. Aku juga tahu bagaimana perasaan mu padaku. Namun, ada orang lain yang sangat mencintaimu dan dia ada di sampingmu sekarang, yaitu Farel. Aku sadar keberadaanku tak lama lagi. Jadi, aku menitipkan dirimu padanya. Aku harap kamu selalu bahagia bersamanya. By : Fadhil.”

Pertahananku runtuh, butiran embun yang sedari tadi ku tahan akhirnya pecah dan mengalir deras membasahi pipi ku. Farel langsung memelukku, seolah mencoba menarikku dari jurang keterpurukan. Ya, ternyata hanya aku yang tak mengetahui apapun di sini.

 

 

Lely Nurvita Sari Photo Writer Lely Nurvita Sari

Pencinta anime, hobi mendengarkan musik, penyuka hal-hal baru, kepo dengan hal unik.. Simple is my style.. ^_^

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya