[CERPEN] Bintang

Tunjuk satu buntang yang paling terang

Dia berkata dengan lantang. Seperti setengah memerintah. "Tunjuk satu bintang yang paling terang."

Aku tak sanggup menahan diri untuk tidak mengerutkan kening. Kutatap wajahnya dari samping kiri. "Untuk apa?" tanyaku.

Dia tidak membalas mataku. Wajahnya masih saja mendongak mengamati angkasa. "Anggap saja untuk penunjuk jalan. Atau pedoman. Atau penuntun. Atau penghilang gelap. Atau teman. Atau mungkin... cita-cita."

Aku tersenyum tipis lalu mengikuti gelagatnya untuk menatap langit gelap. "Sekarang?"

"Kapan lagi?"

Aku menghembuskan napas panjang sembari melebarkan ekor mataku untuk mencari sesuatu yang juga ia coba untuk temukan. "Tidak ada," ucapku.

Dia seketika menoleh ke arahku. Aku memandangnya hanya dari sudut mata. "Benarkah?" tanyanya tak percaya.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Aku mengangguk tanpa memandangnya. "Untuk saat ini tidak ada."

Lamat-lamat, kulihat dia kembali menyebarkan pandangan ke langit. Ditunjuknya sebuah sudut angkasa dengan telunjuk kanannya. "Itu? Apa itu bukan yang paling terang?" tanyanya sedikit antusias, mencoba menunggu kesepakatan dariku.

Aku mencari apa yang ia maksud. Memang ada sebuah cahaya yang paling terang di antara cahaya-cahaya yang lain. Tapi aku tetap menggelengkan kepala. "Kurasa bukan."

Dia mulai mencibirkan bibirnya. "Memang ada yang lebih terang dari itu, huh?" Kalimatnya terdengar sedikit kesal.

Aku terkekeh pelan. Kupandang sekali lagi langit beserta para bintangnya dengan hanya pandangan sederhana. "Bagaimana dengan matahari?" usulku. "Bukankah matahari juga sebuah bintang?"

Dia lalu bergeming. Wajahnya mengendur perlahan.

 

Elsa Fitria Bena Photo Writer Elsa Fitria Bena

architect - traveling - writing

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya