Salahkah Aku Menyalahkan Waktu yang Datang Terlambat?

Rindu. Kejam adalah yang aku pikirkan tentang itu. Dia adalah yang membuat jiwaku berharap lebih.

Rindu. Kejam adalah yang aku pikirkan tentang itu. Dia adalah yang membuat jiwaku berharap lebih. Aku?

Saat semua kepergian berakhir dengan rindu dan perpisahan dengan air mata, bolehkan aku menyalahkan waktu yang datang terlambat? Harapanku adalah dapat mengenalmu lebih cepat sebelum kau mengenal dia. Jika memang seperti itu, apakah semuanya dapat berjalan dengan apa yang aku pikirkan? Kemungkinan adalah semua misteri yang aku tidak mau dengarkan bagian buruknya.

Kebiasaan adalah rutinitas yang aku rindukan tentang mu. Pagi ku sepi dan malam ku inginkan suaramu. Tidurku rindu salam mu dan bangunku harapkan sapamu. Kesepian ini ber angan kau pun begitu, tapi logika ini pupuskan harapanku. Haruskah ku mulai membenci logika ini? Tapi jika logikaku pun tidak mendukungku, aku masih punya yang lebih besar. Semesta.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Pikiran ku jadi lebih jinak saat jiwanya sakit. Jadi aku mulai menyukai pikiran tapi kenapa logika ku terlalu banyak bicara? Ku bicara pada pikiran tentang semesta yang aku yakin selalu besertaku, tapi logika ku berteriak jikalau Semesta mempertemukan kami lebih awal, mungkin yang menemani hari harinya adalah tentang aku bukan siapa. Tapi semua itu hanya kemungkinan kan?

Keadaan. Apa yang aku senyumkan untuk sebuah pesan dari mu yang bukan lucu dan juga bukan puisi? Yah.. jantungku merindukan detak gembira itu dan syarafku menginginkan getaran suaramu lagi. Keadaan ini membuat hariku begitu panjang untuk kujalani. Sungguh.. aku hanya rindu. Segalanya jadi sepi. Aku tertawa di sebuah lelucon tapi angin pun tau aku tidak sedang baik baik saja. Lalu diam jadi obrolanku. Kapan aku pulih dari ketidaknyamanan ini?

Benci ini bukan tentang kamu ataupun dia, juga bukan tentang seluruh atom di jagatraya ini. Malam ini ku minta pada temanku, Semesta. Ku katakan pada air untuk memulihkan aku dan dia yang emosi, pada udara agar mempertemukan kami dari segala jurusnya, pada tanah untuk menyatukan langkah aku dan dia di jalan yang searah, pada langit agar memberikan matahari dan bulan juga bintang untuk kami sapa bersama, dan juga pada Nya yang menciptakan kami ada untuk memberikan kesempatan lagi ...

Hari ini, saat kutulis ini sungguh kuingin tahu kabarmu. Aku diam dan kau pun begitu. Hanya harapan kecil yang kemungkinannya aku suka adalah, atom kita bertemu dan saling jatuh cinta. Mungkinkah? Tapi aku percaya.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya