[CERPEN] Perempuan Cantik Tidak Akan Patah Hati

Karena aku cantik, aku tidak perlu takut patah hati...

Kata orang-orang, perempuan cantik tidak akan patah hati. Kecantikan adalah hal utama yang diinginkan setiap laki-laki. Jadi karena aku cantik, aku tidak perlu takut patah hati. Laki-laki akan berdatangan kepadaku, aku tinggal memilihnya. Laki-laki yang kupilih akan menikmati kecantikanku setiap hari sehingga dia tidak perlu melirik perempuan lain.

Siapa dulu yang bilang begitu padaku? Bohong besar! Aku ini cantik tapi baru saja patah hati. Setiap harinya aku hanya berpura-pura bahagia, karena aku berusaha yakin bahwa perempuan cantik tidak akan patah hati. Kutenangkan diriku sendiri, apabila saat ini aku merasa patah hati, maka itu tidak akan berlangsung lama. Aku akan segera mencintai dan dicintai lagi, dan bahagia terus sampai nanti.

“Kamu yakin nggak mau diantar?” ibuku bertanya.

Aku menggeleng lalu tersenyum kepadanya. Kuraih tangan kanan ibuku lalu kucium. Aku pamit.

“Hati-hati. Kasih kabar kalau sudah sampai.”

“Siap, Ma!”

Aku akan pergi ke Jakarta, menunggang Argo Muria jam 4 sore dari Tawang. Jadi kalau tidak ada masalah dalam perjalanan, kakiku akan menginjak Gambir jam 10 malam nanti. Rumahku sebetulnya cukup jauh dari stasiun Tawang. Tapi kukira 2 jam sudah lebih dari cukup untuk mampir ngopi lalu lanjut ke stasiun.

Di kedai kopi kenamaan yang berlogo perempuan rambut panjang itulah aku bertemu dengannya, lelaki tampan dengan badan tegap berwibawa. Pertemuan kami seperti sudah sering kulihat di televisi, dia berjalan tergesa lalu menabrakku yang membawa segelas kopi. Ya benar, selanjutnya adalah kopiku tumpah lalu membasahi jaketku. Dia meminta maaf dengan mengganti kopiku lalu mengajak duduk bersama. Tunggu, tidak berhenti sampai di situ. Kami duduk bersama dan mengobrol sebentar, akhirnya kutahu kalau kita akan duduk bersebelahan di dalam Argo Muria nanti selama 6 jam. Dunia kadang berlaku begitu manis kepadaku, makanya patah hati adalah satu hal yang paling kutakuti.

Di dalam kereta dia membantuku menaikkan ransel dan tas jinjing ke atas tempat duduk. Dia bahkan rela menukar tempat duduknya biar aku yang duduk di samping jendela. Di kedai kopi tadi kami sudah berkenalan, aku Nadia dan dia Rama.

“Nanti di Jakarta berapa hari?” tanyanya, membuka lagi percakapan setelah petugas berlalu dari pengecekan tiket.

“Penginnya sehari, besok sore setelah selesai merias langsung cari tiket pulang,” jawabku.

“Kenapa buru-buru? Ada job lagi di tempat lain?”

“Hmmm, bukan. Aku nggak suka lama-lama di Jakarta. Hehehe...”

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

“Hahaha. Kotaku memang kurang nyaman ditinggali. Apa-apa ada, kecuali ketenangan.”

Aku suka kalimatmu barusan, apa-apa ada kecuali ketenangan. Tapi melihatmu justru membuatku tenang. Aku merasa seperti ingin mencintai lagi. Tentu saja dengan keyakinan penuh bahwa kamu akan mencitaiku balik. Kan, aku cantik. Laki-laki tidak akan membiarkan perempuan cantik berlalu begitu saja di hidupnya. Kamu pasti ingin memilikiku. Lalu patah hatiku akan segera sembuh.

“Kalau begitu boleh minta nomor HP? Mungkin obrolan kita bisa dilanjut setelah ini.”

Apa kubilang, kamu meminta nomor HP-ku. Perempuan cantik memang tidak akan patah hati.

 

 

Sebulan berlalu sejak pertemuan singkat dengan Rama waktu itu. Sebulan juga lamanya kuhabiskan untuk menunggu satu pesan atau panggilan masuk ke HP-ku. Perempuan tidak boleh memulai lebih dulu, itu prinsipku. Makanya aku tidak meminta balik nomor HP Rama. Sebab itu tugasnya untuk menghubungiku lebih dulu.

Rama menyelamatkanku dari perasaan hampir putus asa di penghujung minggu pertama bulan berikutnya. Dia mengirim pesan singkat.

Siang, Nadia cantik yg pandai mempercantik perempuan lain. Ini Rama. Msh ingat aku? Maaf aku menghubungi untk mnta kamu dtg ke kota yg kamu benci, Jakarta. Hehe...

Jantungku berdegup kencang membaca pesannya. Aku yakin kali ini tidak ada lagi hati yang mesti patah. Rama memintaku datang ke Jakarta. Dunia lagi-lagi berlaku terlalu manis kepadaku.

Hai, Rama! Jelas aku msh ingat. Apa lg kopi yg kamu tumpahkan. Hehehe... Ada gerangan apa ini mnta aku k Jkrta?

Tak sampai semenit, balasan dari Rama masuk.

Wah, kopi ya... Nanti kubelikan lg deh d sini. O ya, aku mau mnta kamu merias calon istriku di hari pertunangan kami nnti. Aku sdh cek hasil karyamu di instagram dan kami tertarik.

Lihat, aku ini perempuan cantik yang patah hati lagi. Siapa dulu yang bilang padaku bahwa perempuan cantik tidak akan patah hati?

Dian Arthasalina Photo Verified Writer Dian Arthasalina

bukan orang penting, kecuali anda mementingkan saya. kadang-kadang ngoceh di instagram @arthasalina

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya