[PUISI] Artis Baru Itu Bernama Ibu

Puisi atas kebingungan hati melihat ibuku

 

Di sebuah bilik kecil berlampu temaram
Ibu raih kuas, sapukan ke binar muka
Gincu tebal merah darah menyeka
Juga tabur bedak dan sentuhan maskara.

Sebuah smartphone pemberian ayah
Dilengkapi kecanggihan kamera penyulap wajah
Ibu tersenyum, indah
Jemari menekan tombol unggah.

Ibu, satu pemandangan takjub siang hari
Ketika hanya kosong isi tudung saji
Tanpa lauk, sayur, apalagi nasi
Padahal perutku lapar belum terisi
Sementara ibu masih sibuk beraksi
Dengan aplikasi kamera beauty.

Apa yang kau tulis di beranda, ibu?
Pujian-pujian pada aku anakmu?
Atau kau bilang aku anak unyu
Ah, terpampang pula wajahku
Aku bosan kau suruh pose ini itu
Bukankah bahagia cukup kita yang tahu
Mengapa harus diumumkan ke semua penjuru?

Ibu, aku bukan anak pemilik warung makan
Yang setiap waktu perut ini harus terisi asupan,
Maka larimu ke tempat yang selalu jadi tujuan
Membungkus lauk ini dan ibu aman.

Ah, andai saja masakan ini sentuhan tanganmu
Tak sedappun bukan bencana
Tak enakpun bukan marabahaya
Asal dari hatimu, masakan apapun tiada duanya.

Ibu, berpuluh tahun lalu, nasib ibu jauh dari aku bukan?
Ketika tangan lembut ibunya ibu mendekap
Tanpa gangguan benda bernama smartphone, android, atau tab
Bahagia ibu anak ada dalam hati


Ah, apa ini? Hanya ocehan anak kecil yang tak tahu budi
Esok ketika mentari masih mau menyapa hari
Dekap aku dalam tulus cinta tanpa butuh puji dari manusia lain, ibu..
Aku cinta ibu..

 

Kudus, 27 Januari 2017

 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Yani Alqudsy Photo Writer Yani Alqudsy

Platform Writer, Penikmat Sajak, Psychology Freak

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya