Kepada Siapa Bumi Menangis, Ketika Samudra-nya Direbut Sosok Lain?

Posisiku tergantikan. Samudra berpaling.

Artikel ini merupakan hasil karya peserta kompetisi menulis #CintaDalamKata yang diadakan oleh IDNtimes.com. Kalau kamu ingin artikelmu eksis seperti ini, yuk ikutan kompetisi menulis #CintaDalamKata! Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.


Kamu adalah Samudra.

Tenang, dalam, penuh misteri.

Aku adalah Bumi.

Getaran yang selalu mengelilingimu.

Kepada Siapa Bumi Menangis,  Ketika Samudra-nya Direbut Sosok Lain?portrayal

Kita selalu bersama-sama.

Saling melindungi, berbagi rahasia dua dunia.

Saling menyayangi, menyelamatkan satu sama lain dari belenggu bencana.

Menjaga keutuhan semesta, dengan keseimbangan kasih sayang.

 

Malam itu, kamu tampak berbeda.

Dasar gelapmu berpusat pada satu sosok.

Desir angin yang terhembus meniupkan harapan.

Ombak-ombak yang bergejolak beraroma kerinduan.

 

Aku bertanya-tanya.

Pusaran itu,

Apakah kamu sedang menaruh rindu?

Desiran angin itu,

Apakah kamu sedang menunggu harapan?

Rintihan sendu itu,

Apakah kamu sedang mengabadikan cinta?

 

Kepada siapa?

Kepada siapa kamu jatuh cinta?

Kepada siapa kamu menyerahkan gelombangmu?

 

Lantas, Samudra, bagaimana dengan aku?

Kepada siapa aku menangis?

Kepada siapa aku harus marah?

Ketika Samudra-ku diambil sosok lain?

 

Malam berikutnya, aku menyadari.

Kamu jatuh cinta pada Langit.

Kepada Siapa Bumi Menangis,  Ketika Samudra-nya Direbut Sosok Lain?portrayal

Langit yang cantik.

Langit dengan kemegahan rasi bintangnya.

Langit dengan awan-awannya yang serasi.

Langit dengan birunya yang tenang, penuh cinta, hangat.

 

Samudra menatapnya penuh damba.

Meneriakkan ombak dengan jeritan memilikki.

Menghembus angin dengan ritme permohonan.

Langit menyambutnya dengan senyum.

Awan-awan ikut bahagia.

Burung-burung merayakan penyatuan.

 

Sementara aku?

Hancur. Luluh lantah.

Hatiku retak.

Pecah menjadi ratusan bagian.

Tanah terbelah.

Gunung membuncah.

Semua ini bencana.

Rasanya, aku ingin musnah.

 

Kalian begitu sempurna, tercipta untuk saling melengkapi.

Biru yang gelap, biru yang bercahaya.

Yang dalam, serta menerawang.

Misterius, dan menenangkan.

Bahagia.

Penuh kasih.

 

Posisiku tergantikan.

Samudra berpaling.

Kepada Siapa Bumi Menangis,  Ketika Samudra-nya Direbut Sosok Lain?potrayal

Kepada siapa aku harus menangis?

Kepada siapa aku harus mengadu?

Kepada siapa aku harus marah?

 

Ketika aku hanyalah Bumi yang berwujud bebatuan.

Ketika aku hanyalah Bumi yang memandang mereka saat hujan.

Ketika aku hanyalah Bumi yang rela menanggung badai kala mereka saling rindu.

Kepada Siapa Bumi Menangis,  Ketika Samudra-nya Direbut Sosok Lain?portrayal

Aku hancur, Samudra.

Kamu menghancurkan aku.

Kamu menghancurkan aku, sampai ke dasar.

Kamu menghancurkan aku, sampai inti terdalam.

Aku ingin berteriak pada semesta.

Aku ingin memaki pada takdir.

Tapi irama yang keluar hanya rintihan.

Kepada Siapa Bumi Menangis,  Ketika Samudra-nya Direbut Sosok Lain?potrayal

Bagaimana bisa..

Bagaimana bisa kamu melabuhkan gelombangmu pada Langit?

Sementara aku disini, Samudra.

Aku selalu disini, mengelilingimu.

Aku jatuh cinta padamu.

Bertambah tiap detiknya hingga jantungku sakit.

Membentuk retakkan permanen dalam diriku, seiring sesaknya perasaan ini.

 

Bagaimana bisa kamu melabuhkan gelombangmu pada Langit?

Karena aku tak punya bintang-bintang?

Atau awan putih yang senada dengan buih airmu?

Atau burung-burung sebagai dayang-dayangku?

 

Samudra, aku menangis.

Rasa sakit ini tak sanggup kutanggung.

Tidak ada celah untuk bernapas.

Perih.

 

Samudra, tolong.

Getaran maut ini tak terkendali.

Retakkan dalam diriku semakin besar.

Api amarah ini memaksa keluar dari tubuhku.

Perasaan ini menghancurkanku.

Memaksaku lenyap.

Mengubur diriku sendiri.

Dalam gelap yang tak berujung.

 

Samudra, selamat tinggal..

Aku sudah kembali pada semesta.

Aku melihatmu dari kejauhan. Bahagia.

Kamu dan Langit begitu serasi.

Kalian sempurna.

Kepada Siapa Bumi Menangis,  Ketika Samudra-nya Direbut Sosok Lain?potrayal

Samudra, aku menyadari.

Bukan kamu yang menghancurkan aku.

Bukan juga Langit.

 

Aku.

Aku mengancurkan diriku sendiri, mengira kamu memendam perasaan padaku.

Aku menghancurkan diriku sendiri, membangun tinggi harapan tanpa ingat tempat berpijak.

Aku mengancurkan diriku sendiri, berharap kamu jatuh cinta padaku, seperti aku mencintaimu.

 

Tidak apa, Samudra.

Aku bahagia sekarang.

Karena kamu juga bahagia.

 

#CintaDalamKata

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Topik:

Berita Terkini Lainnya