[PUISI] Secarik Sajak untuk Memar di Mimpiku

Ambisiku adalah kamu

Kagum itu memar yang dinanak tak matang.
Menghamburkan luka bercampur cemas.
Ini waktu menantang waktu terlentang.
Tidur saja, lanjut saja mimpimu yang menggemas.

Ini bukan sekedar cerita tanpa narasi.
Bahkan metafora yang berfoya-foya.
Melampiaskan keluh intuisi dari mata yang tersisi.
Corak asa berteriak kasih yang tak dikasihi cahaya.

Ketika bertahan untuk menahan keluwesan tali klasik.
Bangunkanlah, ia tak tidur nyenyak kali ini.
Dimana mimpinya mengerang geram, tak asik.
Biarkan, ia ingin menapaki rindunya yang ironi.

Ia bukan serabutan, ia hanya ingin merajut kelelahannya.
Membiaskan kerenungan melawan kejenuhan.
Sebelum siang datang berpacu mencuri pesannya.
Ia hanya ingin mencitrakan dua hati yang ingin menjadi kembaran.

 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Firman Ardiansyah Photo Writer Firman Ardiansyah

Remaja Paruh Baya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya