[PUISI] Tentang Kopi dan Jari Manis

Bersama, tak ada lagi masa lalu yang mengganggu kita

Aku selalu jatuh cinta pada kopi

Bukan karena seorang penulis yang selalu dikaitkan dengan kopi

Insomnia, senja, bunga, rintik hujan, itu pun ini

Aku menyukai kopi, tapi tak begitu sejati

 

Tentang rasa yang selalu singgah menyapa

Pergi bak bocah pemecah jendela

Aku selalu kesal pada kemunculan mereka

Tapi selalu suka melihat anak-anak nan ceria

 

Begitu pun cinta

Kusuka dia berjuta rasa

Ketika ditinggal sang pendosa rasa

Habis sudah seolah hidupku tak berharga

 

Bodoh, izinkan kumemakimu

Jari manismu tak mau tahu

Dia cinta benar atau dusta

Asal ketika akad kau bersamanya

 

Cukup usai pamerkan gaun, tubuh, jelita

Tampan, kaya, kekar, terhormat keluarganya

Aku tak mau menjelaskan setelahnya

Sombong, angkuh, beradu ego tak guna

 

Aku hanya menyukai kopi

Yang kadang juga tak sejati

Jika bisa memlih aku ingin jemari manis ini

Mengenakan cincin serupa denganmu sembari memeluk secangkir kopi

 

Duduk di teras rumah kita

Bersama, tak ada lagi masa lalu yang mengganggu kita

Aku pencemburu yang bisa saja mengamuk tanpa rasa

Memecahkan segelas kopi, dan tak lagi mau mengingat semua

 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Achmad Aditya Avery Photo Writer Achmad Aditya Avery

Aku hanyalah orang yang tertidur dalam puisi.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya