[PUISI] Kopi Tanpa Gula dan Pahitnya Hidup

Sebuah pelajaran berharga dalam hidup.

Klasik, sang pagi kembali menyapa

Cahaya mencium mesra kaca jendela

Kelopak mata pun tak ingin lepas, bersetubuh lebih lama

Badan rasanya tak ingin meninggalkan kenangan ranjang tercinta

 

Tentang bagaimana aku melamar pahitnya kopi

Dengan mahar seperangkat pedih sang mimpi

Aku tak bermaksud mengingkari nikmat atas siapa yang kunikahi

Tentang pahit tak selamanya buruk, itu pasti

 

Tentang obat, tapi aku lebih suka kopi

Mereka sama-sama pahit, yang baik hati

Dia yang tak membuatmu buncit berisi

Dia yang menemanimu menghadap pagi

 

Dia si kopi, yang mengajarkan pahitnya hidup ini

Tentang rasa syukur yang harus kucari tanpa henti

Memejamkan mata berkali-kali

Menahan pahit yang sungguh nikmat sekali

 

Dia tidak memberi penyakit gula apalagi hati

Justru manfaat, bermesraan tiga kali sehari

Aku tak peduli meski itu hanya sugesti

Akan para comblang yang mengenalkanku pada si kopi

 

Sudah cukup alasanku

Akan cinta yang manja selalu

Aku ingin tetap bersyukur menyeruput malu

Akan masih banyaknya insan yang terbelenggu dibanding aku

Akan pahitnya hidup, yang kurasa tak begitu perlu

Untuk terlalu dikhawatirkan apalagi membuatmu ragu

 

Tangerang, 14 September 2017

 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Achmad Aditya Avery Photo Writer Achmad Aditya Avery

Aku hanyalah orang yang tertidur dalam puisi.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya