[PUISI] Kopi Tanpa Gula dan Pahitnya Hidup
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Klasik, sang pagi kembali menyapa
Cahaya mencium mesra kaca jendela
Kelopak mata pun tak ingin lepas, bersetubuh lebih lama
Badan rasanya tak ingin meninggalkan kenangan ranjang tercinta
Tentang bagaimana aku melamar pahitnya kopi
Dengan mahar seperangkat pedih sang mimpi
Aku tak bermaksud mengingkari nikmat atas siapa yang kunikahi
Tentang pahit tak selamanya buruk, itu pasti
Tentang obat, tapi aku lebih suka kopi
Mereka sama-sama pahit, yang baik hati
Dia yang tak membuatmu buncit berisi
Dia yang menemanimu menghadap pagi
Dia si kopi, yang mengajarkan pahitnya hidup ini
Tentang rasa syukur yang harus kucari tanpa henti
Memejamkan mata berkali-kali
Menahan pahit yang sungguh nikmat sekali
Dia tidak memberi penyakit gula apalagi hati
Justru manfaat, bermesraan tiga kali sehari
Aku tak peduli meski itu hanya sugesti
Akan para comblang yang mengenalkanku pada si kopi
Sudah cukup alasanku
Akan cinta yang manja selalu
Aku ingin tetap bersyukur menyeruput malu
Akan masih banyaknya insan yang terbelenggu dibanding aku
Akan pahitnya hidup, yang kurasa tak begitu perlu
Untuk terlalu dikhawatirkan apalagi membuatmu ragu
Tangerang, 14 September 2017
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.